Workshop Akreditasi Internasional Program Studi

Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Unila melalui Pusat Akreditasi Nasional dan Internasional (PANI) menyelenggarakan kegiatan Workshop Akreditasi Internasional Program Studi. Kegiatan Workshop diselenggarakan pada hari Rabu, 20 Juli 2022 bertempat di Ruang Dragon Hotel Horison Lampung. Acara dimulai sejak pukul 08.00 hingga pukul 14.00 WIB dengan suasana yang santai namun tetap fokus pada materi.
Dalam sambutannya Sekretaris LP3M Prof. Dr. Buhani, S.Pd., M.Si menyampaikan maksud dari kegiatan ini adalah selain untuk memenuhi target IKU 8 perguruan tinggi yaitu Program Studi Berstandar Internasional, juga sejalan dengan rencana besar Unila untuk menjadi kampus dengan status PTNBH dan World Class University. Acara dilanjutkan dengan sambutan oleh WR 1 Unila Prof. Dr. Heryandi, S.H.,M.S. sekaligus membuka acara. “Unila khususnya harus terus bergerak dan berpikir maju beberapa langkah kedepan ditengah persaingan global sekarang ini. Kerjasama dan semangat yang sama harus ditularkan kepada semua stake holder yang nantinya terlibat mewujudkan cita-cita besar Unila “, demikian pesan yang disampaikan oleh Bapak Wakil Rektor disela-sela sambutan beliau. Setelah dibuka, acara dilanjutkan dengan foto bersama peserta kegiatan.

Peserta kegiatan selain datang dari dalam internal kampus Unila khususnya prodi-prodi yang akan melakukan akreditasi internasional, juga berasal dari perguruan tinggi lain di Lampung seperti dari Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), Universitas Dharma Wacana Metro dan sebagainya. Unila sebagai tuan rumah sengaja mengundang kampus-kampus lain karena semangat Unila untuk bisa maju bersama-sama dan unggul bersama-sama juga.
Sebagai Narasumber kegiatan workshop adalah Herri Trilaksana, S.Si., M.Si., Ph.D dosen Jurusan Fisika Universitas Airlangga Surabaya. Beliau merupakan narasumber yang handal dan sangat perihal akreditasi internasional khususnya dengan lembaga akreditasi ASIIN yang berkedudukan di Düsseldorf Germany. (https://www.asiin.de/en/) . Dengan gamblang narasumber menjelaskan bahwa kunci dari berhasilnya atau tidak suatu program studi terakreditasi internasional adalah pelaksanaan Outcome Based Education (OBE). OBE harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya, bukan “ethok-ethok” obe dan harus inline dengan OBE tingkat perguruan tinggi. Dalam praktek keseharian terutama pelaksanaan kurikulum harus sudah ditinggalkan model paper based, harus mulai membudayakan paper less disemua aspek kegiatan. Prodi harus memiliki instrumen yang mampu memonitor mahasiswa sejak mulai masuk menjadi mahasiswa hingga 5 tahun setelah lulus. Jika masa studi adalah 4 tahun ditambah masa karir selama 5 tahun, maka setelah 9 tahun prodi baru terbebas dari monitoring setiap mahasiswanya. Karena itu kunci kedua agar OBE ini bisa berhasil yang secara langsung akreditasi internasional bisa digenggam adalah penggunaan Internet of Things (IoT) harus merambah kesemua lini, semua aspek bisnis proses pendidikan. Beliau mencotohkan bila IoT ini berjalan maka dosen begitu masuk ke kampus otomatis akan terekam kedatangannya sehingga tidak perlu lagi finger print atau model presensi yang lain. Dosen memberikan bimbingan PKM kepada mahasiswa otomatis akan masuk kedalam portofolio kegiatan di PAK Dosen. Mahasiswa tidak hanya dimonitor di dalam kelas, tetapi juga perilaku di koridor, di kantin, diseputar kampus akan terdetek otomatis dan menjadi poin penilaian kelulusan. Demikian garis besar penjelasan narasumber yang membuat suasana perserta kegiatan begitu waaw… amazing.
Prodi S1 Teknik Mesin sebagai salah satu prodi yang mendapat rekomendasi untuk akreditasi internasional langsung dihadiri oleh Kaprodi Ibu Novri Tanti, S.T., M.T., didampingi oleh anggota tim taskforce Bapak Ahmad Suudi, S.T., M.T.

Kaprodi S1 Teknik Mesin menyambut baik kegiatan ini dan siap untuk mewujudkan harapan banyak pihak agar program studi S1 Teknik Mesin mendapat pengakuan internasional. Tentunya tantangan ini tidak akan sanggup kalau dikerjakan oleh beberapa orang saja, melainkan semua pihak yang terlibat harus memiliki frekuensi yang sama, semangat yang sama, mau bekerja dan bekerjasama. Bayangan itu terlihat berat, tapi tidak akan tahu kalau berat bila tidak dicoba dan akan menjadi ringan kalau terus menerus kita lakukan. (SDi)